Teks:2 Tesalonika 1:1-3 (TB)
1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius, kepada jemaat orang-orang Tesalonika di dalam Allah Bapa kita dan di dalam Tuhan Yesus Kristus.
2 Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.
3 Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara. Dan memang patutlah demikian, karena imanmu makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu.
==============
Sesudah bagian pendahuluan (ay. 1-2), Rasul Paulus mengawali surat kerasulannya ini dengan penghargaannya yang tinggi terhadap jemaat Tesalonika (ay. 3-4). Kemudian ia menghibur mereka yang sedang berada di bawah penindasan dan penganiayaan (ay. 6-10), serta memberi tahu mereka mengenai apa yang ia doakan kepada Allah untuk mereka (ay. 11-12).
Pendahuluan (1:1-4)
Di sini kita dapati,
I. Bagian pendahuluan (ay. 1-2), yang ditulis dengan menggunakan kata-kata yang sama seperti surat kerasulan sebelumnya. Dari situ kita dapat mengamati bahwa Rasul Paulus tidak merasa berat hati untuk menuliskan di dalam surat-surat kerasulannya hal-hal yang sama (Flp. 3:1) seperti yang telah ia sampaikan dalam khotbah-khotbahnya. Dengan sepenuh hati ia bersedia menulis hal-hal yang sama kembali kepada suatu jemaat walaupun ia telah menyampaikannya kepada jemaat lain. Terjadinya penggunaan kata-kata yang sama dari surat sebelumnya di dalam surat kerasulan ini menunjukkan kepada kita bahwa seharusnya hamba-hamba Tuhan tidak perlu terlampau memperhatikan keragaman ungkapan dan keindahan gaya. Yang lebih perlu mereka perhatikan adalah kebenaran dan kegunaan dari ajaran-ajaran yang mereka khotbahkan. Kita harus lebih berhati-hati supaya jangan sampai karena kesukaan untuk memakai cara-cara dan ungkapan-ungkapan baru, kita malah memajukan gagasan atau ajaran baru yang bertentangan dengan asas-asas agama alamiah ataupun agama yang diwahyukan, yang di atasnya jemaat Tesalonika telah dibangun sebagaimana halnya semua jemaat sejati lainnya, yaitu di dalam Allah Bapa kita dan di dalam Tuhan Yesus Kristus.
II. Ungkapan rasa hormat yang tinggi dari Rasul Paulus kepada jemaat Tesalonika. Ia tidak saja memiliki rasa kasih sayang yang besar terhadap mereka (sebagaimana telah ia nyatakan di dalam surat kerasulan sebelumnya, dan sekarang di dalam kesalehannya, sekali lagi ia mengharapkan kasih karunia dan damai sejahtera bagi mereka), tetapi juga menyatakan rasa hormatnya yang besar kepada mereka. Mengenai hal itu dapat kita amati,
1. Bagaimana rasa hormatnya kepada mereka diungkapkan.
(1) Ia memuliakan Allah untuk mereka, kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, dan memang patutlah demikian (ay. 3). Ia lebih suka memilih mengatakan apa yang patut dipuji di dalam diri mereka dengan cara mengucap syukur kepada Allah daripada memuji mereka secara langsung. Selain itu, apa yang ia sebut sebagai rasa sukacitanya, ia anggap sebagai pokok ucapan syukurnya. Memang demikianlah sepatutnya, sebab kita diharuskan, dan sudah menjadi kewajiban kita, untuk mengucap syukur kepada Allah atas semua kebaikan yang ada di dalam diri kita dan di dalam diri orang lain. Ini bukan saja merupakan perbuatan kasih kita kepada saudara-saudara seiman, tetapi juga kewajiban kita untuk mengucap syukur kepada Allah untuk mereka.
(2) Rasul Paulus juga memegahkan mereka di depan jemaat-jemaat Allah (ay. 4). Rasul Paulus tidak pernah mengambil muka para sahabatnya, tetapi dengan senang hati ia menghargai mereka dan berbicara yang baik tentang mereka, untuk kemuliaan Allah dan untuk menggairahkan dan membesarkan hati orang lain. Rasul Paulus tidak bermegah dengan karunia-karunianya sendiri, juga tidak memuji-muji jerih payahnya di antara mereka, tetapi ia bermegah atas kasih karunia Allah yang dilimpahkan ke atas mereka. Dengan demikian, tindakan bermegahnya itu baik, sebab segala pujian yang ia berikan kepada mereka dan rasa senangnya berpusat di dalam pujian dan kemuliaan kepada Allah.
2. Apa yang ia hargai mengenai mereka dan yang ia syukuri kepada Allah, yaitu bertambahnya iman, kasih, dan kesabaran mereka. Di dalam surat kerasulannya yang terdahulu (1Tes. 1:3), ia mengucap syukur karena iman, kasih, dan ketekunan mereka, dan di sini ia mengucap syukur atas bertambahnya semua kasih karunia itu, sehingga bahwa mereka bukan saja menjadi orang-orang Kristen yang sejati, melainkan juga orang-orang Kristen yang bertumbuh. Jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. Dan, di mana ada pertambahan kasih karunia, di situ Allah yang harus mendapatkan segala kemuliaannya. Kita sungguh berutang kepada-Nya atas penambahan kasih karunia dan kemajuan pekerjaan baik itu. Demikian pula, kita teramat berutang kepada Allah karena di dalam diri kitalah pekerjaan anugerah itu mula-mula dilakukan. Mungkin saja kita tergoda untuk berpikir bahwa meskipun kalau kita jahat kita tidak dapat membuat diri kita menjadi baik, namun ketika kita baik dengan mudah kita dapat membuat diri kita menjadi lebih baik. Padahal kita begitu tergantung pada kasih karunia Allah untuk menambahkan kasih karunia yang telah kita miliki sebagaimana juga untuk menanamkan kasih karunia ketika kita tidak memilikinya. Hal yang membuat Rasul Paulus mengucap syukur dan memuliakan Allah atas orang-orang Tesalonika adalah,
(1) Bahwa iman mereka bertumbuh secara luar biasa (ay. 3). Mereka lebih diteguhkan di dalam kebenaran akan hal-hal yang diwahyukan dalam Injil, lebih percaya akan janji-janji Injil, dan memiliki segala pengharapan yang hidup akan kehidupan di dunia lain. Pertumbuhan iman mereka muncul karena perbuatan iman. Dan, di mana iman bertumbuh, di situ segala kasih karunia lainnya juga bertumbuh secara seimbang.
(2) Kasih mereka menjadi semakin kuat (ay. 3), yaitu kasih mereka kepada Allah dan kepada sesama. Perhatikanlah, di mana iman bertumbuh, di sanalah kasih akan menjadi semakin kuat, karena iman bekerja melalui kasih. Dan bukan hanya sejumlah orang saja di antara mereka, tetapi setiap orang bertambah kuat kasihnya satu terhadap yang lain. Tidak ada perpecahan di antara mereka, sebagaimana yang terjadi di dalam beberapa jemaat lainnya.
(3) Ketabahan dan juga iman mereka semakin bertambah di dalam segala penganiayaan dan penindasan yang mereka derita. Dan ketabahan itu akan membuahkan pekerjaan yang sempurna ketika ketabahan itu meluas di dalam segala pencobaan. Ada banyak penganiayaan yang harus ditanggung oleh jemaat Tesalonika demi kebenaran. Mereka juga menghadapi berbagai kesukaran di dalam kehidupan yang penuh bencana ini. Namun, mereka menanggung semua ini, dengan iman melihat Dia yang tidak kelihatan, dan mengarahkan pandangan kepada upah. Mereka juga menanggungnya dengan ketabahan, bukan dengan cara mati rasa, tetapi dengan kesabaran yang berasal dari asas-asas Kekristenan, yang membuat mereka tetap tenang dan penuh penyerahan diri, serta memberikan kekuatan dan dukungan batiniah kepada mereka.
=====Tuhan Yesus memberkati=====