Senin, 30 September 2019

KEBENCIAN MUSUH-MUSUH DAUD

Mazmur 64:1-10 (TB)  Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. (64-2) Ya Allah, dengarlah suaraku pada waktu aku mengaduh, jagalah nyawaku terhadap musuh yang dahsyat. 

(64-3) Sembunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat, terhadap kerusuhan orang-orang yang melakukan kejahatan, 

(64-4) yang menajamkan lidahnya seperti pedang, yang membidikkan kata yang pahit seperti panah, 

(64-5) untuk menembak orang yang tulus hati dari tempat yang tersembunyi; sekonyong-konyong mereka menembak dia dengan tidak takut-takut. 

(64-6) Mereka berpegang teguh pada maksud yang jahat, mereka membicarakan hendak memasang perangkap dengan sembunyi; kata mereka: "Siapa yang melihatnya?" 

(64-7) Mereka merancang kecurangan-kecurangan: "Kami sudah siap, rancangan sudah rampung." Alangkah dalamnya batin dan hati orang! 

(64-8) Tetapi Allah menembak mereka dengan panah; sekonyong-konyong mereka terluka. 

(64-9) Ia membuat mereka tergelincir karena lidah mereka; setiap orang yang melihat mereka menggeleng kepala. 

(64-10) Maka semua orang takut dan memberitakan perbuatan Allah, dan mengakui pekerjaan-Nya. 

(64-11) Orang benar akan bersukacita karena TUHAN dan berlindung pada-Nya; semua orang yang jujur akan bermegah.

=================

Dalam pasal ini merujuk pada musuh-musuh Daud dan semua orang yang mengejar-ngejar dan memfitnah dia. Begitu banyaknya mereka, dan betapa besarnya kesukaran yang mereka timpakan kepadanya, hampir sepanjang hari-harinya, sehingga kita tidak perlu menduga-duga lagi pada kesempatan khusus apa mazmur ini dituliskan.

I. Ia berdoa kepada Allah untuk menjaganya dari rancangan-rancangan mereka yang penuh kebencian melawannya (ay. 2-3).

II. Ia menggambarkan tabiat-tabiat mereka yang sangat buruk, sebagai orang-orang yang sudah ditetapkan akan binasa oleh karena kefasikan mereka sendiri (ay. 4-7).

III. Melalui roh nubuatan, ia menubuatkan kehancuran mereka, yang akan mendatangkan kemuliaan bagi Allah dan membesarkan hati umat-Nya (ay. 8-11).

Dalam menyanyikan mazmur ini, kita harus memperhatikan akibat dari permusuhan lama yang ada antara keturunan perempuan dan keturunan ular, dan meyakinkan diri kita sendiri bahwa pada akhirnya kepala ular akan diremukkan, demi kehormatan dan sukacita keturunan yang kudus.

Kebencian Musuh-musuh Daud (64:1-7)

Daud, dalam ayat-ayat di atas, menceritakan di hadapan Allah tentang bahaya yang mengintainya dan tentang tabiat musuh-musuhnya, untuk meneguhkan permohonannya agar Allah melindunginya dan menghukum mereka.

I. Dengan sungguh-sungguh ia memohon kepada Allah untuk menjaganya (ay. 2-3): Ya Allah, dengarlah suaraku pada waktu aku mengaduh. Maksudnya, kabulkanlah apa yang aku doakan, dan inilah doa itu, “Tuhan, jagalah nyawaku terhadap musuh yang dahsyat, yakni, dari musuh yang aku takuti.” Ia meminta Allah untuk menyelamatkan hidupnya, yang dalam pengertian tertentu, sangat berharga baginya, karena ia tahu bahwa hidupnya dirancang untuk melayani Allah dan angkatannya sebaik mungkin. Ketika hidupnya terancam, tidaklah mungkin ia hanya berdiam diri (Est. 7:2, 4). Dan, jika ia menyerukan ketakutannya terhadap musuh, ini bukan karena ia pengecut. Yakub bapaknya, pangeran yang sudah bergumul melawan Allah itu, sudah melakukannya sebelum dia. Lepaskanlah kiranya aku dari tangan Esau, sebab aku takut kepadanya (Kej. 32:11 ). “Jagalah nyawaku terhadap ketakutan, bukan saja terhadap apa yang kutakutkan melainkan juga terhadap rasa takut akan hal itu yang terus membuatku gelisah.” Ini juga berarti menjaga nyawa, sebab di dalam ketakutan ada ketersiksaan, terutama takut pada kematian, yang karenanya sebagian orang terbelenggu sepanjang hidupnya. Ia berdoa, “Sembunyikanlah aku terhadap persepakatan orang jahat, terhadap kekejian yang mereka rancangkan secara sembunyi-sembunyi di antara mereka sendiri untuk melawan aku. Sembunyikanlah aku juga terhadap kerusuhan orang-orang yang melakukan kejahatan, yang bergabung memadukan kekuatan mereka, sama seperti mereka bergabung membuat rancangan, untuk berbuat jahat kepadaku.” Cermatilah, rancangan yang dibuat secara rahasia akan berakhir dengan kerusuhan. Perbuatan-perbuatan khianat dimulai dari persepakatan dan persekongkolan untuk berkhianat. “Sembunyikanlah aku dari mereka, agar mereka tidak dapat menemukan aku, agar mereka tidak dapat menjangkauku. Biarlah aku aman di dalam perlindungan-Mu.”

II. Ia mengeluhkan kebencian dan kefasikan luar biasa dari musuh-musuhnya: “Tuhan, sembunyikanlah aku dari mereka, sebab mereka orang-orang yang terburuk, tidak pantas dibiarkan begitu saja. Mereka orang-orang berbahaya, yang tidak akan tinggal diam. Aku akan binasa jika Engkau tidak berpihak kepadaku.”

1. Mereka sangat keji dalam menyebarkan fitnah-fitnah dan celaan-celaan mereka (ay. 4-5). Mereka digambarkan sebagai orang-orang yang bertempur, dengan pedang dan busur mereka, pemanah-pemanah jitu, dengan sembunyi-sembunyi, dan dengan tiba-tiba, dan memanah burung jinak yang tidak menyadari dirinya terancam bahaya. Namun,

(1) Lidah mereka yang menjadi pedang mereka, pedang yang menyala-nyala, pedang bermata dua, pedang yang terhunus, terhunus dalam kegeraman, yang dengannya mereka memotong, melukai, dan menghancurkan nama baik sesama mereka. Lidah adalah anggota kecil dari tubuh, namun, seperti pedang, ia memegahkan perkara-perkara yang besar (Yak. 3:5). Lidah adalah senjata yang berbahaya.

(2) Kata yang pahit adalah panah mereka. Celaan-celaan yang tidak senonoh, ejekan-ejekan yang menyakitkan, cerita-cerita bohong, umpatan-umpatan, dan fitnah-fitnah, adalah panah-panah api si jahat, yang akan membakar dan membawa banyak orang ke neraka. Untuk hal-hal inilah kebencian mereka membidikkan busurnya, agar panah-panah ini terlepas dengan jauh lebih kuat lagi.

(3) Orang yang lurus menjadi sasaran mereka. Kebencian mereka adalah pada orang semacam ini. Mereka tidak dapat berbicara baik-baik tentang orang ini, dan tidak mau berbicara dengannya. Semakin baik seseorang, semakin dia dicemburui oleh orang lain yang memang sudah jahat, dan semakin banyaklah keburukan yang dikatakan tentangnya.

(4) Mereka mengaturnya dengan sangat piawai dan licik. Mereka menembak dari tempat yang tersembunyi, supaya orang-orang yang mereka tembak tidak bisa mengetahui keberadaan mereka dan menghindar dari bahaya, sebab percumalah jaring dibentangkan di depan mata segala yang bersayap. Sekonyong-konyong mereka menembak, tanpa memberinya peringatan yang sepatutnya atau kesempatan untuk membela diri. Terkutuklah orang yang membunuhnama baik sesamanya manusia dengan tersembunyi(Ul. 27:24). Tidak ada perlindungan terhadap kelicikan yang dibuat oleh lidah pendusta.

(5) Mereka melakukan hal ini dengan tidak takut-takut, maksudnya, mereka yakin akan keberhasilan mereka, dan tidak ragu bahwa dengan cara-cara ini mereka akan berhasil mencapai sasaran yang dituju oleh kebencian mereka. Atau lebih tepatnya mereka tidak takut pada murka Allah, yang akan menimpa lidah pendusta. Mereka lancang dan kurang ajar dalam berbuat jahat kepada orang-orang baik, seolah-olah mereka pasti tidak akan pernah dimintai pertanggungjawaban untuk itu.

2. Mereka sangat bersungguh-sungguh dan gigih dalam menyusun rencana-rencana mereka yang penuh kebencian (ay. 6).

(1) Mereka memperkuat dan saling meneguhkan diri dan sesamanya untuk menjalankan urusan yang jahat ini, dan dengan bergabung bersama-sama di dalam kejahatan itu, satu sama lain menjadi semakin geram dan semakin berani. Fortiter calumniari, aliquid adhærebit – Tebarkan saja banyak celaan, maka sebagian pasti akan menusuk. Berbuat salah itu buruk, tetapi lebih buruk lagi bila mendorong diri kita sendiri dan sesama kita untuk melakukannya. Ini berarti mengerjakan pekerjaan jahat untuk Iblis. Ini merupakan pertanda bahwa hati sudah mengeras sejadi-jadinya, sebab hati kita sudah bertekad sedemikian bulat untuk melakukan kejahatan tanpa ditutup-tutupi lagi. Adalah tugas hati nurani untuk menjauhkan orang dari perbuatan jahat, namun, apabila hati nurani sudah kacau balau, maka sudah tidak ada harapan lagi.

(2) Mereka saling bertanya-tanya di antara mereka sendiri bagaimana melakukan perbuatan yang paling jahat dan dengan cara yang paling berhasil: Mereka membicarakan hendak memasang perangkap dengan sembunyi. Mereka bersekutu hanya untuk berbuat dosa, dan bercakap-cakap hanya untuk bagaimana dapat berbuat dosa dengan aman. Mereka mengadakan perundingan-perundingan peperangan hanya untuk mencari tahu sarana-sarana yang paling berhasil untuk berbuat jahat. Setiap perangkap yang mereka pasang dibicarakan terlebih dahulu, dan dipasang dengan memadukan segala tipu daya mereka yang fasik.

(3) Mereka menghibur diri dengan kesombongan yang ditopang dengan ketidakpercayaan kepada Tuhan, bahwa Allah sendiri tidak akan memperhatikan perbuatan-perbuatan mereka yang fasik: Kata mereka: “Siapa yang melihatnya?” Ketidakpercayaan akan kemahatahuan Allah merupakan dasar dari segala kefasikan orang fasik.

3. Mereka sangat giat dalam menjalankan rencana-rencana mereka (ay. 7): “Mereka merancang kecurangan-kecurangan. Mereka bersusah payah untuk menemukan kecurangan yang satu atau yang lain untuk didakwakan kepadaku. Mereka menggali lubang dalam-dalam, dan memandang sangat jauh ke belakang, dan mengatur segala sesuatunya sedemikian rupa, supaya mereka dapat menuduhkan sesuatu kepadaku.” Atau, “Mereka sangat giat mencari tahu kiat-kiat baru untuk berbuat jahat kepadaku. Dalam hal ini mereka memperoleh apa yang dengan rajin mereka selidiki. Mereka terus mengerjakannya, tanpa menyayangkan biaya ataupun tenaga.” Orang-orang jahat menggali kejahatan. Separuh tenaga yang dihabiskan banyak orang untuk membinasakan jiwa mereka sebenarnya dapat digunakan untuk menyelamatkannya. Mereka piawai dalam segala kiat untuk berbuat kejahatan dan kehancuran, sebab dalamlah batin dan hati orang, sedalam neraka, fasik sejadi-jadinya, siapakah yang mengetahuinya? Dengan kefasikan akal bulus dan kehendak mereka yang tidak dapat dipertanggungjawabkan itu, mereka menunjukkan diri sendiri, baik dalam hal kelicikan maupun kebencian, sebagai keturunan sejati si ular tua.

====TUHAN YESUS MEMBERKATI====

Statistik Pengunjung