Rabu, 11 September 2019

MENGIKUT YESUS KEPUTUSANKU

GANTI RUGI MENGIKUT YESUS MATIUS (19:23-30)
Matius 19:23-30 (TB)

Terjemahan Bebas (TB) 23 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 24 Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." 25 Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" 26 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." 27 Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" 28 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.  29 Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. 30 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."

Pengantar Teks

Dalam teksndiatas menceritakan tentang percakapan Yesus dengan murid-murid-Nya mengenai orang kaya yang meninggalkan Yesus.

I. Yesus kemudian memakai kesempatan ini untuk menunjukkan bahwa orang-orang kaya susah memperoleh keselamatan (ay. 23-26).

Bahwa sangat sulit bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam sorga, seorang yang kaya seperti orang muda ini. Perhatikanlah, kita hendaknya mengambil hikmah dari kejelekan-kejelekan dan kegagalan-kegagalan orang lain, supaya hal tersebut dapat menjadi peringatan bagi kita.

(1) Hal ini dengan tegas dinyatakan oleh Juruselamat kita (ay. 23-24). Ia mengatakan hal ini kepada murid-murid-Nya yang miskin dan hanya memiliki sedikit di dunia ini untuk membuat mereka berdamai dengan keadaan mereka, bahwa semakin sedikit yang mereka miliki di dunia ini, semakin sedikit rintangan yang mereka hadapi di tengah jalan menuju sorga. Perhatikanlah, mereka yang hidup dalam kekurangan seharusnya merasa puas bahwa mereka tidak berada dalam keadaan menghadapi godaan akan bahaya kemakmuran. Walaupun hidup mereka di dunia ini lebih susah dibandingkan dengan mereka yang kaya, namun jika mereka lebih mudah untuk menuju ke dunia yang lebih baik, maka tidak beralasan kalau mereka sampai berkeluh-kesah. Perkataan ini dikuatkan dalam ayat 23, Aku berkata kepadamu. Kristus tahu betul seperti apa sebenarnya jalan menuju sorga itu, karena Ia sendiri yang membukakannya bagi kita. Ia memberi tahu kita bahwa inilah salah satu kesulitan terbesar yang ada di jalan menuju sorga itu. Perkataan ini diulangi kembali dalam ayat 24, Sekali lagi Aku berkata kepadamu. Dengan begitu, Ia berkata sekali, bahkan dua kali, mengenai apa yang enggan untuk dimengerti orang, apalagi untuk dipercayai.

[1] Kristus berkata bahwa sulit bagi orang yang kaya untuk menjadi pengikut Kristus yang baik dan diselamatkan, untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga, baik dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan setelah ini. Sepanjang jalan menuju sorga sempit dan gerbang yang mengarah ke sana pun kecil, lebih-lebih lagi bagi orang yang kaya. Lebih banyak kewajiban yang dituntut dari mereka yang kaya dibandingkan dari orang lain, sampai membuat mereka hampir-hampir tidak bisa memenuhi kewajiban itu. Juga ada lebih banyak dosa yang menjadi rintangan bagi mereka, yang hampir tidak dapat mereka hindari. Orang-orang kaya menghadapi banyak godaan berat, dan sifatnya halus tanpa terasa. Sulit untuk tidak tergiur dengan dunia yang tersenyum. Bila sudah dipenuhi dengan harta yang menyilaukan mata ini, susah sekali untuk tidak mencicipi sebagian daripadanya. Orang-orang kaya memiliki tanggungan yang sangat besar dalam mengurusi harta benda mereka, kepentingan mereka, waktu mereka, dan kesempatan untuk berbuat baik dan untuk mendapatkan yang baik. Mereka harus bekerja jauh lebih keras daripada orang lain. Pastilah dibutuhkan suatu karunia ilahi yang besar sekali bagi seseorang untuk menerobos segala kesulitan seperti ini.

[2] Kristus berkata bahwa sangat sulit untuk mempertobatkan dan menyelamatkan seorang yang kaya, sehingga lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum (ay. 24). Ini sebuah peribahasa yang mengandung arti bahwa kesulitan tersebut tidak bisa diatasi hanya oleh kepintaran kekuatan manusia. Hanya anugerah Allah Yang Mahakuasa saja yang bisa memungkinkan seorang kaya untuk mengatasi kesulitan seperti ini. Kemustahilan mereka yang murtad (Ibr. 6:4-6) dan para pendosa yang sudah kebal (Yer. 13:23) untuk diselamatkan juga digambarkan dengan cara demikian. Karena keselamatan bagi siapa saja begitu mustahilnya (bahkan orang benar hampir-hampir tidak diselamatkan), maka bilamana ada kesulitan tertentu, wajarlah bila keadaan sukar yang seperti ini akan terjadi. Sangat jarang ada orang kaya yang tidak mengarahkan hatinya pada kekayaannya itu. Sama halnya, sangatlah mustahil bagi orang yang menetapkan hatinya pada kekayaannya untuk masuk sorga, karena jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu (1Yoh. 2:15; Yak. 4:4).

Pertama, jalan menuju sorga sangat tepat diumpamakan sebagai lubang jarum, yang susah dimasuki dan dilalui.

Kedua, orang kaya sangat tepat diumpamakan sebagai seekor unta, seekor binatang beban, karena ia memiliki harta, sebagaimana unta memiliki beban muatan, ia membawanya, tetapi itu milik orang lain, ia mendapatkannya dari orang lain, membelanjakannya untuk orang lain, dan harus segera meninggalkannya kepada orang lain. Inilah yang namanya beban, karena manusia memuati dirinya dengan barang gadaian (Hab. 2:6). Unta adalah seekor makhluk yang besar, tetapi sulit diatur.

(2) Kebenaran ini sangat membingungkan, dan hampir tidak dihargai oleh para murid (ay. 25), Sangat gemparlah mereka dan berkata: Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan? Banyak kebenaran mengejutkan disampaikan Kristus kepada mereka, yang membuat mereka bingung dan tidak tahu bagaimana harus bertindak, dan ini salah satunya. Akan tetapi, kelemahan merekalah yang membuat mereka bingung. Mereka tidak bermaksud untuk menentang Kristus, tetapi karena terkejut, mereka berkata, "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Perhatikanlah, kalau kita melihat banyaknya kesulitan dalam jalan menuju keselamatan, maka sangatlah aneh jika ada orang yang dapat diselamatkan. Ketika kita memikirkan betapa baiknya Allah, maka aneh jika hanya ada begitu sedikit saja yang diakui-Nya. Namun jika kita berpikir betapa jahatnya manusia, lebih terasa aneh lagi bahwa ada begitu banyak yang diselamatkan, dan Kristus akan selamanya dimuliakan dalam diri mereka. Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan? Karena ada begitu banyak orang kaya dan memiliki banyak harta, dan lebih banyak lagi yang ingin menjadi kaya, dan sama-sama digoda oleh harta yang banyak, kalau begitu, siapa yang dapat diselamatkan? Jika kekayaan merupakan rintangan bagi orang kaya, bukankah harta dan kemewahan juga merupakan celaka bagi mereka yang tidak kaya dan sama berbahayanya bagi mereka? Kalau begitu, siapa yang dapat masuk sorga? Inilah alasan yang bagus mengapa orang kaya harus berjuang melawan arus.
Walaupun hal tersebut sulit, namun tidaklah mustahil bagi orang kaya untuk diselamatkan (ay. 26), Yesus memandang mereka. Ia menoleh dan memandang mereka dengan tatapan yang sedih, untuk mempermalukan mereka yang suka melebih-lebihkan keuntungan yang dimiliki oleh orang yang kaya dalam hal-hal rohani. Ia memandang mereka sebagai orang-orang yang telah mengatasi kesulitan ini dan sedang berada dalam jalan yang benar menuju sorga. Lebih-lebih lagi mereka adalah orang-orang yang miskin di dunia ini. Yesus berkata, "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." Inilah sebuah kebenaran umum yang agung, yaitu bahwa Allah mampu melakukan apa saja mengatasi segala kuasa makluk ciptaan, dan tidak ada sesuatu apa pun yang mustahil untuk Allah (Kej. 18:14; Bil. 11:23). Ketika manusia tidak mampu berbuat apa-apa lagi, bukan demikian halnya dengan Allah, kuasa-Nya tidak terbatas dan tidak tertahankan. Akan tetapi, di sini kebenaran ini diterapkan untuk:

(1) Keselamatan siapa saja. Siapakah yang dapat diselamatkan? tanya murid-murid Kristus. "Tidak ada," jawab Kristus, "jika melalui kuasa makluk ciptaan mana pun!" Bagi manusia hal ini tidak mungkin, karena hikmat manusia akan segera menjadi kacau ketika mereka-reka hal ini, dan kuasanya tidak akan berhasil dalam memengaruhi jiwa supaya selamat. Tidak ada makluk ciptaan yang dapat mengerjakan perubahan yang diperlukan untuk menyelamatkan suatu jiwa, baik itu perubahan dalam jiwanya sendiri maupun orang lain. Bagi manusia, mustahil bahwa aliran air yang begitu kuat dapat dibalikkan, bahwa hati yang begitu keras dapat dilembutkan, kepala yang keras ditundukkan. Ini masalah penciptaan, masalah kebangkitan, dan karena itu mustahil bagi manusia. Hal ini tidak akan pernah dapat dilakukan oleh ilmu filsafat, kedokteran, politik, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin. Perhatikanlah, awal, kemajuan, dan kesempurnaan karya keselamatan bergantung sepenuhnya pada kuasa Allah Yang Mahakuasa, yang bagi-Nya segala hal mungkin. Iman ditempa oleh kuasa-Nya itu (Ef. 1:19), dan dipelihara olehnya (1Ptr. 1:5). Pengalaman Ayub ketika mengalami anugerah Allah yang membangkitkan keyakinan dan kerendahan hati, membuatnya mengakui kuasa Allah lebih dari hal-hal yang lain, "Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu (Ayb. 42:2)."
(2) Keselamatan bagi orang-orang kaya khususnya. Mustahil bagi manusia bahwa orang-orang kaya dapat diselamatkan, namun, bagi Allah, hal ini pun mungkin. Ini tidak berarti bahwa orang kaya akan diselamatkan di dalam keduniawian mereka, tetapi bahwa mereka akan diselamatkan dari keduniawian mereka itu. Perhatikanlah, kita tidak boleh kehilangan harapan terhadap pembenaran dan penyelamatan orang-orang yang dikepung oleh godaan dunia ini. Hal ini dapat diwujudkan melalui anugerah ilahi yang mencukupi. Ketika orang-orang kaya ini masuk ke dalam sorga, mereka akan menjadi monumen kekal mengenai kuasa Allah di sana. Saya cenderung berpikir bahwa dalam perkataan Kristus ini tebersit belas kasih yang disediakan Kristus bagi tuan muda yang sudah pergi dengan sedih itu. Tidaklah mustahil bagi Allah untuk mendapatkannya kembali dan menyadarkannya.

II. Petrus menggunakan kesempatan ini untuk bertanya mengenai ganti rugi apa yang akan mereka dapatkan, mereka yang telah menaati syarat-syarat yang membuat orang muda tersebut meninggalkan Kristus, mereka telah meninggalkan semuanya demi mengikuti-Nya (ay. 27).

Di sini kita melihat pengharapan murid-murid terhadap Kristus dan janji-Nya kepada mereka.
Apa yang diharapkan murid-murid dari Kristus. Petrus, mewakili murid-murid yang lain, mengungkapkan bahwa mereka bergantung pada-Nya untuk mendapatkan sesuatu yang besar sebagai ganti apa yang telah mereka tinggalkan demi Dia. Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau; jadi apakah yang akan 9 peroleh? Kristus telah menjanjikan orang muda tersebut bahwa, jika ia bersedia menjual segala miliknya, datang kepada-Nya dan mengikuti-Nya, ia akan memperoleh harta di sorga.

(1) Apakah mereka telah cukup memenuhi syarat-syarat ini. Mereka belum menjual segala milik mereka (karena banyak dari antara mereka yang masih mempunyai anak dan istri yang harus dinafkahi), namun mereka telah meninggalkan segala sesuatu. Mereka belum memberikannya kepada orang miskin, namun dalam hal tertentu, mereka telah menyingkirkannya sejauh hal tersebut dapat menjadi halangan bagi mereka dalam melayani Kristus. Perhatikanlah, ketika kita mendengar mengenai tabiat-tabiat seperti apa yang dimiliki oleh mereka yang akan diselamatkan, kita juga harus peduli untuk bertanya-tanya apakah kita juga telah memiliki tabiat-tabiat tersebut oleh anugerah. Sekarang Petrus berharap bahwa, sesuai dengan makna dan maksud dari syarat tersebut, mereka semua telah memenuhi syarat itu, karena Allah telah mengerjakan dalam diri mereka sifat untuk memandang rendah dunia dan hal-hal yang kelihatan, dan lebih memilih Kristus dan hal-hal yang tidak kelihatan. Mengenai bagaimana hal ini dapat dibuktikan, tidak ada aturan tertentu yang diberikan, selain daripada berbuat sesuai dengan panggilan kita.

"Tuhan," kata Petrus, "kami telah meninggalkan segala sesuatu." Ya ampun! Segala yang ditinggalkan mereka hanya sedikit saja. Salah satu dari mereka memang berhenti dari pekerjaannya sebagai pemungut cukai, tetapi Petrus dan kebanyakan dari mereka hanya meninggalkan beberapa perahu dan jaring ikan, dan hasil-hasil dari penjualan ikan yang tidak seberapa. Namun perhatikanlah bagaimana Petrus berbicara mengenai segala yang telah mereka tinggalkan, seakan-akan semuanya itu sangat mulia, Lihat, kami sudah meninggalkan segala sesuatu. Perhatikanlah, kita cenderung memanfaatkan pelayanan dan penderitaan-penderitaan kita, kerugian dan kehilangan kita demi Kristus, dan berpikir bahwa kita telah membuat-Nya berutang kepada kita. Akan tetapi, Kristus tidak menegur mereka dengan hal ini, karena walaupun mereka meninggalkan sedikit milik mereka, namun hal tersebut adalah segala sesuatu bagi mereka, seperti halnya dua peser milik si janda, yang sama berharganya bagi mereka seakan-akan nilainya sangat besar. Oleh karena itu, Kristus menerima dengan baik apa yang mereka tinggalkan demi mengikuti-Nya, karena Ia menerima berdasarkan apa yang ada pada seseorang.

(2) Apakah dengan begitu mereka boleh mengharapkan harta itu, yang akan diperoleh orang muda tersebut seandainya ia mau menjual semua miliknya? "Tuhan," kata Petrus "Apakah kami yang telah meninggalkan semuanya akan memperolehnya?" Semua orang menginginkan apa yang dapat mereka peroleh. Pengikut-pengikut Kristus diperbolehkan untuk mengetahui keinginan mereka sendiri yang sebenarnya, dan boleh bertanya, "Apakah yang akan kami peroleh?" Kristus juga mengarahkan pandangan-Nya pada sukacita yang disediakan bagi Dia. Demikian pula Musa pada balasan yang menjadi upahnya. Tujuan ini memang telah ditetapkan bagi kita, jadi kita harus tekun berbuat baik untuk mencapainya. Kristus mendorong kita untuk bertanya mengenai apa yang akan kita dapatkan setelah meninggalkan segala sesuatu demi mengikuti Dia, supaya kita dapat melihat bahwa Ia tidak memanggil kita dengan membiarkan kita berprasangka yang bukan-bukan, melainkan demi kebaikan kita. Seperti halnya dengan iman yang taat dan dengan mata tertuju pada perintah-perintah-Nya kita bertanya, "Apa yang harus kita perbuat?" begitu pula dengan iman yang penuh pengharapan dan percaya, dengan mata yang tertuju pada janji-janji-Nya, kita bertanya, "Apa yang akan kita peroleh?" Namun perhatikanlah, murid-murid-Nya telah lama meninggalkan segala milik mereka demi memusatkan diri dalam melayani Kristus, namun sebelum ini mereka tidak pernah bertanya, "Apakah yang akan kami peroleh?" Walaupun belum ada tanda yang jelas mengenai keuntungan yang akan mereka peroleh, mereka sangat yakin akan kebaikan-Nya, sehingga mereka sadar tidak ingin kehilangan Dia pada akhirnya. Oleh karena itu, mereka menyerahkan diri mereka kepada-Nya, dengan keyakinan bahwa Ia akan mengganti kerugian-kerugian mereka. Mereka hanya memikirkan pekerjaan mereka dan tidak bertanya mengenai upah mereka. Perhatikanlah, kita menghormati Kristus bila kita percaya kepada-Nya, melayani-Nya dan tidak tawar-menawar dengan-Nya. Sekarang orang muda itu telah meninggalkan Kristus dan kembali kepada harta bendanya, dan kini tiba saatnya bagi mereka untuk mempertimbangkan jalan mana yang harus mereka tempuh, dan apa yang harus mereka percayai. Ketika kita melihat apa yang diperoleh orang-orang munafik dan orang-orang murtad, seharusnya kita juga mempertimbangkan, melalui anugerah, keuntungan apa yang kita harapkan, bukan karena, melainkan melalui, ketulusan dan ketekunan kita. Dengan demikian, kita akan melihat lebih banyak alasan untuk merasa kasihan terhadap mereka yang kaya, dan bukannya merasa iri dengan mereka.
Di sini kita menemukan janji Kristus kepada murid-murid-Nya, dan kepada semua orang lain yang berjalan dalam langkah iman dan ketaatan yang sama dengan mereka. Kristus tidak menyinggung dan tidak menegur kemuliaan dan harapan sia-sia yang terkandung dalam perkataan Petrus, sebaliknya, Ia menggunakan kesempatan ini untuk memberikan ikatan perjanjian:

(1) Kepada pengikut-pengikut-Nya yang terdekat (ay. 28). Mereka telah menunjukkan hormat mereka kepada-Nya, sebagai orang-orang pertama yang mengikuti Dia, dan oleh karena itu, kepada mereka ini Ia tidak hanya menjanjikan harta, melainkan juga kemuliaan di sorga. Saat itu juga mereka memperoleh anugerah atau janji tersebut langsung dari Dia yang adalah sumber kehormatan dalam Kerajaan tersebut. Pada waktu penciptaan kembali, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta.

[1] Pernyataan yang mendasari janji tersebut, atau alasan pemberian anugerah tersebut, yang, seperti biasanya, berisikan kutipan mengenai hasil pelayanan mereka. "Kamu telah mengikuti Aku pada waktu penciptaan kembali, oleh karena itu, inilah yang akan Aku lakukan untukmu." Masa kedatangan Kristus di dunia ini adalah masa penciptaan kembali, atau masa pembaruan (Ibr. 9:10), di mana hal-hal lama mulai berlalu dan segala sesuatu kelihatan baru. Murid-murid telah mengikuti Kristus ketika gereja masih berupa benih awal, ketika bait Injil masih berupa rangka, ketika mereka harus melakukan banyak pekerjaan dan pelayanan kerasulan daripada memiliki kemuliaan dan kuasa yang seharusnya mereka miliki sebagai rasul. Pada masa itu, mereka mengikuti Kristus dengan kelelahan yang tiada henti, ketika tidak banyak orang mau melakukannya. Oleh karena itu, Ia akan memberikan mereka suatu tanda kehormatan tertentu. Perhatikanlah, Kristus akan memberi berkat yang khusus kepada mereka yang berjalan bersama-Nya sejak awal, yang memercayai-Nya melampaui apa yang mereka bisa lihat dalam diri-Nya, seperti yang dilakukan murid-murid itu, yang mengikuti-Nya pada waktu penciptaan kembali. Perhatikanlah, Petrus berbicara mengenai perbuatan mereka yang meninggalkan segala sesuatu demi mengikuti-Nya, namun Kristus justru menyinggung mengenai perbuatan mereka dalam mengikuti Dia, dan hal inilah yang lebih utama.

[2] Hari mereka dimuliakan, yang telah ditentukan masanya, namun tidak akan terjadi segera setelah janji itu dinyatakan. Tidak! Mereka harus tetap berada dalam ketidakpastian selama beberapa waktu tertentu, seperti yang sudah-sudah. Namun apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, yang dimaksudkan oleh sebagian orang sebagai waktu penciptaan kembali itu, maka "Kamu yang sekarang mengikuti-Ku, akan dimuliakan pada waktu penciptaan kembali."Kedatangan Kristus yang kedua kali merupakan waktu penciptaan kembali, ketika akan ada langit yang baru dan bumi yang baru, dan pemulihan segala sesuatu. Semua orang yang mengambil bagian pada masa kelahiran kembali dalam anugerah (Yoh. 3:3), akan mengambil bagian pada masa penciptaan kembali dalam kemuliaan; karena sebagaimana anugerah adalah kebangkitan yang pertama (Why. 20:6), maka kemuliaan adalah kebangkitan yang kedua.
Sekarang kehormatan mereka akan ditunda sampai ketika Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya. Hal ini menyiratkan bahwa,
Pertama, mereka harus terus bertekun sampai masa pengangkatan mereka. Perhatikanlah, selama waktu kemuliaan Guru kita belum dinyatakan, selama itu pula kita harus bersedia untuk bersabar menantikan kehormatan kita dinyatakan, dan kita harus menantikannya dalam pengharapan yang tulus, seperti mengharapkan apa yang tidak kita lihat (Rm. 8:19). Kita harus hidup, bekerja, dan menderita dalam iman, pengharapan, dan kesabaran, dan semuanya ini diuji dalam masa penantian kita itu.
Kedua, mereka harus berbagi dengan Kristus dalam pengangkatan-Nya. Kemuliaan mereka hendaknya merupakan persatuan dengan Dia dalam kemuliaan-Nya. Mereka yang telah menderita bersama Yesus yang menderita, harus memerintah bersama dengan Yesus yang memerintah, karena baik dalam kehidupan ini maupun kehidupan yang akan datang, Yesus adalah semua di dalam semua. Kita hendaknya berada di mana Ia berada (Yoh. 12:26), harus menyatakan diri bersama dengan Dia (Kol. 3:4). Hal ini akan menjadi ganti rugi yang berlimpah bukan hanya atas kehilangan kita, namun juga atas masa penantian kita. Dan ketika Tuhan kita datang, kita tidak hanya akan menerima apa yang menjadi milik kita, tetapi juga milik kita beserta dengan bunganya. Perjalanan yang terpanjang mendatangkan hasil yang sangat berlimpah pula.

[3] Kemuliaan yang akan dianugerahkan dalam hal ini; Kamu akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Susah untuk menentukan arti khusus dari janji ini, dan mungkin saja ini berarti akan ada banyak pencapaian besar nantinya, yang menurut saya tidak ada salahnya diakui.

Pertama, ketika Kristus diangkat di sebelah kanan Allah Bapa dan duduk di atas takhta kemuliaan-Nya, maka para rasul akan menerima kuasa melalui Roh Kudus (Kis. 1:8). Mereka akan sangat ditinggikan melebihi keadaan mereka yang sekarang, sehingga mereka dapat menganggap bahwa diri mereka sedang duduk di atas takhta dalam menyebarkan Injil. Dengan begitu, mereka akan menyampaikan Injil dengan penuh kewewenangan, layaknya seorang hakim dari kursi pengadilan. Pada saat itu juga mereka akan memperoleh penugasan yang lebih besar, dan akan menyatakan hukum-hukum Kristus, yang melaluinya, gereja, yakni umat Israel rohaniah Allah (Gal. 6:16), akan diperintah; dan bangsa Israel menurut daging, yang tetap berada dalam ketidaksetiaan mereka, serta semua orang yang berbuat yang sama dengan mereka, akan dihukum. Kemuliaan dan kuasa yang diberikan kepada mereka dapat dijelaskan melalui Yeremia 1:10, Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa; Yehezkiel 20:4, Maukah engkau menghakimi mereka? dan Daniel 7:18, Orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi akan menerima pemerintahan, serta Wahyu 12:1, di mana ajaran Kristus disebut mahkota dari dua belas bintang.

Kedua, ketika Kristus muncul untuk membinasakan Yerusalem (24:31), Ia akan menugaskan para rasul untuk menghakimi bangsa Yahudi, karena di dalam kebinasaan tersebut, nubuat-nubuat tentang mereka akan dipenuhi sesuai dengan firman Kristus.

Ketiga, beberapa orang menganggap bahwa hal tersebut mengacu kepada pertobatan orang-orang Yahudi, yang akan terjadi pada masa akhir dunia ini, setelah kejatuhan anti-Kristus. Inilah yang dipahami oleh theolog Dr. Whitby. Hal ini juga "mengacu kepada pemerintahan para rasul atau kedua belas suku Israel, bukan melalui kebangkitan jasmaniah mereka, melainkan melalui kebangkitan Roh yang berdiam dalam diri mereka, dan melalui kekudusan dan pengetahuan yang mereka sampaikan kepada dunia, dan yang terutama, melalui penerimaan Injil mereka sebagai dasar iman dan arah hidup mereka."

Keempat, hal ini pasti akan digenapi pada kedatangan Yesus Kristus yang kedua, ketika orang-orang kudus akan menghakimi dunia, khususnya kedua belas rasul, sebagai penilik bersama-sama dengan Kristus, pada hari penghakiman yang besar itu, ketika seluruh dunia akan menerima hukuman mereka yang terakhir, dan mereka akan mengesahkan dan menyetujui hukuman tersebut. Akan tetapi, suku Israel disebut di sini, sebagian karena jumlah para rasul ditetapkan sama dengan jumlah kedua belas suku Israel; sebagian juga karena para rasul adalah orang-orang Yahudi, yang paling mengenal mereka, namun yang paling dianiaya dengan kejam oleh mereka. Hal ini menyiratkan bahwa orang-orang kudus akan menghakimi sahabat-sahabat mereka dan saudara-saudara mereka menurut daging, dan pada hari penghakiman mereka akan menghakimi orang-orang yang mereka kasihi semasa masih di dunia ini. Mereka juga akan menghakimi penganiaya-penganiaya mereka, yang menghakimi mereka di dunia ini.

Akan tetapi, makna dari janji ini secara umum adalah untuk menunjukkan kemuliaan dan keagungan yang disediakan bagi orang-orang kudus di sorga, yang akan menjadi ganti rugi yang berlimpah atas kehinaan yang mereka derita karena mengikuti Kristus. Akan ada kemuliaan yang lebih besar bagi mereka yang telah berbuat dan menderita paling banyak. Di dalam dunia ini, para rasul terburu-buru dan pontang-panting, namun di sana mereka akan duduk dengan tenang dan santai. Di dunia ini penjara, sengsara, dan maut menunggu mereka, namun di sorga mereka akan bersemayam di takhta kemuliaan. Di dunia mereka diseret ke kursi pengadilan, di sorga mereka akan diangkat untuk duduk di kursi hakim. Di dunia, kedua belas suku Israel menginjak-injak mereka, di sorga mereka akan gentar di hadapan para rasul. Jadi, apakah semua ganti rugi ini belum cukup untuk menggantikan semua kehilangan dan pengorbanan mereka demi Kristus? (Luk 22:29).

[4] Pengesahan atas anugerah ini dinyatakan dengan tegas, pasti dan tidak bisa dilanggar, karena Kristus telah berkata, "Aku berkata kepadamu, inilah firman dari Amin, Saksi yang setia, yang berkuasa untuk memberikan anugerah ini, Aku telah berfirman, dan firman itu tidak dapat dibatalkan."

(2) Inilah janji kepada semua yang lain yang dengan cara yang sama meninggalkan segala-galanya untuk mengikuti Kristus. Janji ini bukan hanya dikhususkan bagi para rasul. Semua orang kudus juga menerima kemuliaan yang sama. Kristus akan memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang luput dari perhatian-Nya (ay. 29), Setiap orang yang telah meninggalkan segala sesuatu demi Kristus akan menerimanya.

[1] Kehilangan-kehilangan demi Kristus dimaksudkan di sini. Sebelumnya Kristus telah memberi tahu murid-murid-Nya untuk menyangkal diri sendiri terhadap segala sesuatu yang terjadi dengan mereka di dunia ini. Sekarang di sini Ia menjelaskannya secara lebih khusus lagi, karena lebih baik bagi kita untuk mempertimbangkan hal-hal terburuk yang akan terjadi. Jika mereka tidak meninggalkan segala sesuatu seperti yang dilakukan oleh para rasul, namun mereka telah meninggalkan banyak hal, misalnya rumah, sehingga mereka keluar dan berkelana di padang pasir, atau juga meninggalkan kerabat-kerabat tercinta, yang tidak mau turut bersama mereka untuk mengikuti Kristus. Inilah hal-hal khusus yang disebutkan, sebagai hal-hal yang paling susah untuk dipisahkan oleh jiwa yang halus dan lembut. Saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak, dan pada bagian akhir ditambahkan ladangnya, yang hasilnya berguna untuk menopang hidup keluarga.

Nah, Pertama, kehilangan atas hal-hal ini hendaknya adalah demi nama Kristus, karena kalau tidak, maka orang tidak berhak mendapatkan gantinya. Ada banyak orang yang meninggalkan saudara, anak dan istri mereka semata-mata karena hasrat dan nafsu saja, seperti burung yang lari dari sarangnya. Ini adalah pelarian dari tanggung jawab yang merupakan dosa. Akan tetapi, jika kita meninggalkan mereka demi Kristus, karena kita tidak dapat terus hidup dengan mereka dengan tetap memiliki hati nurani yang baik, maka kita harus memilih untuk meninggalkan mereka, atau menyingkirkan niat untuk mengikuti Kristus. Yang harus kita lakukan adalah, kita tetap harus memperhatikan atau peduli terhadap mereka atau tetap melakukan kewajiban kita terhadap mereka. Namun, kita harus melepaskan kenikmatan yang kita peroleh dalam hidup bersama mereka, dan kalau ini kita lakukan dengan mata tertuju kepada Kristus supaya kita tidak menyangkali-Nya, demi kehendak dan kemuliaan-Nya, maka dari hal inilah kita akan memperoleh ganti rugi kita kelak. Bukan penderitaan, tetapi tujuan atau alasanlah yang membuat kita menjadi martir dan saksi bagi Kristus.

Kedua, kehilangan seperti ini memang sungguhlah hebat. Namun, Kristus akan menggantikannya, karena Ia mampu melakukannya, sebesar apa pun kehilangan tersebut. Lihatlah kekejaman para penganiaya yang melucuti orang-orang yang tidak bersalah dari segala milik mereka, hanya karena ketaatan mereka, tidak ada kejahatan apa pun yang mereka lakukan! Dan lihatlah kesabaran orang-orang yang teraniaya itu. Saksikanlah kekuatan kasih mereka kepada Kristus, yang tidak bisa dihentikan sekalipun oleh deras sungai-sungai kekejaman itu!

[2] Ganti rugi atas kehilangan-kehilangan ini dijaminkan di sini. Walau beribu-ribu orang telah mengenal Kristus dan tetap percaya kepada-Nya sejauh ini, namun tidak ada satu pun yang diluputkan oleh-Nya. Semua mendapatkan balasan yang tidak ternilai dari-Nya ketika perhitungan dibuat. Kristus di sini memberikan janji-Nya bahwa Ia tidak hanya akan memberikan ganti rugi kepada hamba-hamba-Nya yang menderita, dan menyelamatkan mereka dengan tidak kurang suatu apa pun, namun juga akan memberikan mereka pahala yang berlimpah. Biarlah mereka membuat daftar atas semua kerugian yang mereka alami demi Kristus, dan mereka pasti akan menerima:
Pertama, seratus kali lipat dalam kehidupan yang sekarang. Kadang-kadang yang diterima kembali ini sama dalam jenis, yaitu hal-hal yang sama yang telah mereka tinggalkan. Allah akan mendatangkan bagi hamba-hamba-Nya yang telah menderita, sahabat-sahabat ganti semua sahabat yang telah mereka tinggalkan demi Kristus, lebih banyak daripada yang bisa mereka miliki bila mereka hanya hidup demi diri mereka sendiri. Para rasul, ke mana pun mereka pergi, selalu bertemu dengan orang-orang yang berlaku baik terhadap mereka, menjamu mereka, dan membuka hati dan pintu bagi mereka. Akan tetapi, mereka akan menerima kembali seratus kali lipat, dalam hal kebaikan hati, dan semua hal yang jauh lebih baik dan lebih berharga. Anugerah mereka akan bertambah, penghiburan bagi mereka berlimpah, mereka akan mendapat tanda-tanda bukti kasih Allah, bersekutu dengan lebih bebas dengan Dia, Allah sendiri akan berbicara dengan mereka lebih banyak, mereka akan memperoleh penglihatan-penglihatan ke depan yang lebih jelas, dan tanda-tanda peringatan yang lebih manis mengenai kemuliaan-Nya yang akan dinyatakan. Dengan begitu, mereka dapat benar-benar berkata bahwa mereka telah menerima seratus kali lipat sukacita dalam Allah dan Kristus daripada apa yang dapat mereka terima dari istri atau anak-anak.

Kedua, hidup kekal pada akhirnya. Ganti rugi yang disebutkan sebelumnya sudah merupakan pahala yang lebih dari cukup, seandainya masih ada yang lain. Kalau keuntungan sen per sen saja sudah sedemikian besar jumlahnya, apalagi kalau sampai seratus kali lipat? Tetapi jumlah ini jauh melebihi apa yang ditawarkan. Kehidupan yang dijanjikan di sini mencakup semua kenyamanan hidup dalam tingkat yang tertinggi, dan semuanya kekal. Sekarang, jika kita dapat menggabungkan iman dengan janji, dan percaya terhadap Kristus dalam mewujudkannya, maka pasti tidak banyak yang perlu kita khawatirkan, tidak ada penderitaan yang terlalu berat untuk ditanggung, tidak ada hal yang terlalu berharga untuk ditinggalkan, demi Dia.

Juruselamat kita, pada ayat yang terakhir, memperingatkan kesalahan beberapa orang yang menganggap seakan-akan tingkatan kedudukan dalam hal kemuliaan didapat berdasarkan perhitungan waktu, dan bukan berdasarkan ukuran dan tingkatan anugerah. Tidak! Banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu (ay. 30). Allah akan menolak mereka. Ia akan menyatakan kepada orang kecil apa yang Ia sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, dan Ia akan menolak kaum Yahudi yang tidak percaya dan menerima orang-orang bukan-Yahudi yang percaya. Warisan sorgawi diberikan berdasarkan kehendak hati Allah, tidak seperti halnya warisan duniawi pada umumnya yang didasarkan atas usia yang lebih tua atau yang lahir lebih dulu. Ini adalah dasar dari khotbah lain yang akan kita temukan pada pasal berikutnya.

====TUHAN YESUS MEMBERKATI=====

Statistik Pengunjung