Kamis, 28 November 2024

Harmoni dalam Bakti

Roma 16:1-16

Sebagai penulis surat abad pertama, Paulus memodifikasi bentuk umum surat yang berlaku pada masa itu untuk memberikan pesan teologis kepada pembacanya. Salah satunya adalah salam dalam Surat Roma ini.

Setidaknya ada 24 nama yang disebutkan dalam salam itu. Yang istimewa adalah ia memberikan sebutan kepada nama-nama itu.

Pada satu sisi, sebutan itu menunjukkan keterhubungan mereka dengan Paulus dalam pelayanan, antara lain "pelayan jemaat" (1), "teman-teman sekerjaku" (3), "buah pertama" (5), "orang-orang yang terpandang di antara para rasul" (7). Lebih dari orang-orang yang pernah bekerja bersama, mereka telah dipersatukan di dalam Yesus Kristus.

Pada sisi lain, sebutan itu menunjukkan kesan Paulus yang mendalam terhadap mereka. Di antaranya adalah "ia sendiri telah memberi banyak bantuan" (2); "mereka telah mempertaruhkan nyawanya" (4); "yang telah bekerja sangat keras" (6); "yang pernah dipenjarakan" (7). Ada pujian yang tulus di dalamnya. Paulus tahu apa yang telah mereka alami bagi Kristus. Setiap orang disebutkan atas apa yang dilakukannya bagi Injil Kristus. Mereka tidak sekadar berelasi, tetapi bersaksi tentang harmoni dalam bakti mereka bagi Allah.

Kiranya kita melakukan hal yang sama. Ketika kita terlibat dalam suatu pelayanan, kita perlu menyadari bahwa relasi sepelayanan tercipta karena apa yang Kristus telah lakukan bagi kita di atas salib-Nya.

Sebagai teman sekerja, kita perlu menumbuhkan harmoni agar setiap orang membangun hubungan yang sehat dan meninggalkan kesan yang baik satu dengan yang lain. Harmoni itulah yang melahirkan sukacita dan hati riang dalam berkarya bagi Tuhan.

Kita dapat memulai dengan tidak menganggap diri sebagai yang utama dan paling signifikan sehingga patut diperlakukan sebagai tuan atau senior. Lalu, kita lanjutkan dengan menjaga tutur kata untuk menguatkan dan membangkitkan semangat. Kita dapat meneguhkan satu sama lain dengan kerendahan hati, juga memedulikan dan menghargai perjuangan setiap pelayan Kristus. [JMH]

Senin, 25 November 2024

Membangun di Tempat Lain

Roma 15:14-21

Ada gereja mengadakan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) megah dan menakjubkan. Akan tetapi, ujung-ujungnya hanya menarik jemaat dari gereja lain, bukan petobat baru. Apakah tindakan itu tepat?

Paulus meyakini jemaat di Roma dipenuhi kebaikan, pengetahuan, dan nasihat. Namun, ia perlu mengingatkan agar mereka menjadi pelayan Kristus Yesus (14-16). Paulus bukan bermegah dalam pengetahuannya, tapi dalam pelayanannya bagi Allah (17).

Paulus mengajarkan Injil Kristus untuk memimpin orang-orang dari berbagai bangsa kepada ketaatan dengan perkataan, perbuatan, dan tanda oleh kuasa Roh Kudus (18-19). Ia tidak melakukannya di atas dasar yang telah diletakkan orang lain (20). Paulus mewartakan Injil agar mereka yang belum pernah mendengar tentang Kristus dapat melihat Dia dan mengerti kehendak-Nya (21; bdk. Yes 52:15).

Berdasarkan hal ini, kita yang terpanggil untuk menyampaikan Injil perlu menyadari bahwa hal itu semata-mata adalah anugerah Allah. Kalau kita melakukan pemberitaan Injil dengan kuasa Roh Kudus kepada orang-orang yang belum percaya, kita bermegah bagi Allah. Oleh karena itu, kita seharusnya menjangkau orang-orang di berbagai tempat yang belum tersentuh atau terlayani.

Gereja tidak jarang mengabaikan hal ini dan mengambil jalan pintas dengan merintis pelayanan di tempat-tempat yang sudah dirintis oleh gereja lain. Sebagian besar dari kita juga melakukan pelayanan kepada orang-orang yang sudah terjangkau. Kita enggan berusaha memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum percaya di lingkungan keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja kita. Padahal, berbagai pelatihan misi dan doa syafaat sudah dilakukan untuk memperlengkapi kita.

Tindakan membangun pelayanan adalah baik. Akan tetapi, betapa lebih baik lagi jika kita melakukannya di tempat lain, di mana orang-orang menantikan berita Injil dan rindu untuk mengenal Yesus Kristus. Marilah kita berdoa bagi orang-orang yang menantikan berita Injil. Mari kita sampaikan pesan Injil dan kesaksian hidup kita kepada mereka. [DLT]

Sabtu, 23 November 2024

Jangan Merusak Pekerjaan Allah

Roma 14:13-23

Jemaat mula-mula yang hidup di Roma menjadi tempat pertemuan antara orang Yahudi dan non-Yahudi, sehingga situasi ini memicu perbedaan pemahaman berkenaan dengan kebiasaan makan dan tradisi lainnya, bahkan perselisihan.

Atas perselisihan inilah Paulus mengingatkan mereka untuk tidak saling menghakimi (13), agar mereka tidak menjadi batu sandungan dan menyakiti saudara seiman (15). Ternyata perihal makanan pun bisa menjadi biang kerok dari rusaknya persekutuan umat Allah. Maka, secara tegas Paulus mengingatkan bahwa umat tidak sepatutnya merusak pekerjaan Allah hanya karena makanan (20).

Hati yang tersandung dapat berakibat fatal, yaitu hilangnya kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita, padahal inilah inti dari Kerajaan Allah (17). Makanan mungkin terkesan sepele, tetapi dampaknya dapat menjadi besar. Karena makanan, tak sedikit orang menjadi sombong dan merusak kesaksian hidup Kristennya.

Janganlah kita berdosa karena makanan. Perbedaan pendapat tentang aturan makan hanya satu bagian kecil yang tidak perlu menjadi masalah di tengah jemaat. Firman Tuhan mengingatkan kita betapa kita mesti sangat berhati-hati dalam bertutur, bersikap, dan berperilaku. Kekeliruan dalam ini semua dapat menyebabkan rusaknya persekutuan.

Alangkah mulianya jika kita mengendalikan emosi, ego, dan kepentingan diri sendiri demi kebaikan saudara seiman. Kita bisa kecewa dengan pendeta, pengurus, atau jemaat lainnya, namun hendaknya kita tidak melupakan tujuan iman Kristen, yaitu melayani Allah. Perlulah kita memohon kepada Allah agar Ia memperlengkapi diri kita dengan sikap dan perilaku yang menyenangkan Allah dan menghormati sesama demi hangatnya persekutuan.

Marilah kita menjadi orang bijak yang dapat menjaga pikiran, tatapan, kata, dan perlakuan kita. Mari kita selalu menahan dan mengendalikan diri supaya kita menjadi bagian dari jemaat yang bersama-sama mengeratkan persekutuan dan memajukan pekerjaan Allah, turut serta membangun dan menumbuhkan iman sesama, bukan sebaliknya.


Wamena, 24 November 2024


Selasa, 20 Agustus 2024

Komitmen Pemimpin

Mazmur 45

Dalam acara pernikahan, salah satu momen yang lazim adalah mempelai pria dan wanita diperkenalkan oleh orang-orang dekatnya. Umumnya, yang disampaikan adalah karakter sang mempelai. Demikian juga, mazmur ini mengenalkan mempelai pria yang adalah raja, dan mengundang mempelai wanita untuk menjadi permaisuri yang tunduk kepada raja.

Pemazmur ini menyampaikan bukan hanya perawakan, gaya bicara, dan kekuatannya, tetapi juga komitmennya dalam kebenaran, perikemanusiaan, dan keadilan (3-6). Pemazmur tahu bahwa untuk itulah raja diangkat (7-8). Raja-dan para pemimpin umat Israel-diangkat untuk mencintai keadilan dan kebenaran (bdk. Ul 16:18-20).

Sehubungan dengan itu, pemazmur berseru kepada permaisuri, "lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu" (11). Ini adalah ajakan agar permaisuri merelakan kepentingan dirinya, keluarganya, dan bangsanya. Ketika ia menjadi istri raja, permaisuri bersama-sama raja akan berbakti kepada Allah, juga berkomitmen dalam kebenaran dan keadilan.

Dalam Alkitab, kebenaran dan keadilan diwujudkan dengan tidak menyembah berhala, tidak menindas orang lain, tidak mengambil untung dari kesusahan sesama, tetapi menjauhkan diri dari kecurangan dan melakukan hukum yang benar dengan setia (Yeh 18:5-9). Pendeknya, tindakan orang yang benar dan adil akan menyejahterakan banyak orang dan bukan diri sendiri saja.

Kepemimpinan yang benar dan adil bukan hanya tugas raja, tetapi juga pasangannya. Itulah komitmen yang tak dapat dipandang remeh. Dalam sejarah Israel, beberapa raja seperti Salomo, Ahab, atau Yoram terbuai dengan rayuan istri sehingga meninggalkan Allah dan menjadi lalim.

Bacaan hari ini mengundang kita untuk berdoa bagi para pemimpin kita, termasuk presiden. Mari kita berdoa agar mereka dapat menyejahterakan Indonesia dan tidak terbuai dengan kepentingan sepihak. Mari kita berdoa agar mereka memimpin sebagai wakil Allah yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan di negeri kita. [JMH]

Selasa, 20 Februari 2024

Renungan Tanggal 21 Februari 2024

Eksklusivitas Pernikahan Kristen
Markus 10:1-12

Pernikahan Kristen adalah ikatan yang kudus dan eksklusif. Namun, pada kenyataannya, pernikahan Kristen juga diperhadapkan pada berbagai persoalan rumit, salah satunya adalah perceraian.

Pada zaman Tuhan Yesus, perceraian juga menjadi isu yang hangat diperbincangkan. Karena itu, orang Farisi sengaja menanyakan perihal ini untuk mencobai Yesus (2). Menurut pandangan orang Yahudi, perceraian diperbolehkan asalkan ada surat cerainya (4).

Namun, Yesus berkata bahwa Musa menulis hukum tersebut karena kekerasan hati mereka (5). Allah sejak semula tidak pernah merancangkan perceraian. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan supaya keduanya bersatu (7-8). Karena apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia (9), secara teologis pernikahan adalah rancangan Allah yang bersifat kudus dan ekslusif.

Eksklusivitas ini dapat kita pelajari dari setidaknya tiga hal. Pertama, pasangan pernikahan adalah satu orang laki-laki dan satu orang perempuan. Prinsip ini menjadi satu hal yang urgen mengingat tren relasi dan pernikahan masa kini. Kedua, hanya Allah yang berhak atas ikatan pernikahan. Ikatan ini disatukan atas restu Allah sehingga manusia tidak mempunyai hak untuk memutuskannya. Dengan kata lain, tidak ada kata perceraian. Ketiga, ikatan pernikahan berlaku seumur hidup. Artinya, ikatan pernikahan hanya akan berakhir jika salah satu pasangan meninggal dunia.

Oleh karena itu, sekalipun karena kerasnya hati ada pasangan yang bercerai, bukan berarti perceraian telah diizinkan dan diperkenankan oleh Allah. Pernikahan Kristen tetap bersifat kudus dan ekslusif.

Oleh karena itu juga, bagi kita yang belum menikah, berdoalah dan mintalah hikmat dari Allah agar kita menemukan pasangan yang tepat. Sedangkan bagi kita yang sudah menikah, hormatilah kekudusan dan eksklusivitas pernikahan. Karena pernikahan yang setia dan penuh kasih adalah rancangan Allah bagi manusia sejak awal penciptaan, komitmen untuk memperbaiki dan menjaga pernikahan sampai akhir hidup harus terus kita perjuangkan! [YGM]

Statistik Pengunjung